info@sisgroup.co.id       (061) 8451494      081277972221

 

Bahasa

 

Kontak Kami

Jl. Merak No. 55, Medan - Sumatera Utara, Indonesia
Telp : (061) 8451494, 081277972221
Email : info@sisgroup.co.id
Website : www.sisgroup.co.id

Peremajaan Kebun Sawit Rakyat Diharapkan Tingkatkan Produktivitas dan Dongkrak Harga CPO

Sektor sawit berperan besar bagi ekonomi Indonesia, di antaranya menyumbang devisa negara Rp750 triliun per tahun khususnya dari ekspor produk hilir yang bernilai tambah tinggi. Pengembangan industri yang berkelanjutan merupakan prasyarat penerimaan produk hilir kelapa sawit di pasar global.

Namun, sejumlah tantangan terus membayangi industri ini dalam menerapkan prinsip keberlanjutan, misalnya soal produktivitas terutama dialami perkebunan rakyat. Situasi ini berimbas terhadap harga CPO yang terus turun sehingga berdampak pula kepada kesejahteraan petani.

Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) mengupayakan aksi strategis yang tak hanya menyoroti penguatan industri hilir, tetapi juga memperbaiki kesejahteraan petani sembari mengupayakan stabilisasi harga CPO.

Director of Planning and Fund Management BPDPKS Kabul Wijayanto mengatakan, hilirisasi industri sawit memang harus berjalan.

“Tapi jangan sampai melupakan hulu,” tuturnya di sesi one on one Sustainability Action for Future Economy (SAFE) 2024 bertajuk Strengthening Sustainability to Accelerate Indonesia's Palm Oil Downstreaming, ditulis Jumat (9/8/2024).

BPDPKS menjalankan sejumlah program untuk mendukung implementasi good agricultural practice (GAP). Aksi ini dilakukan bekerja sama dengan pemerintah pusat, pemerintah daerah, kelompok tani, perusahaan swasta, serta perguruan tinggi.

Kabul menyebutkan, program yang dimaksud mencakup peremajaan sawit rakyat, bantuan sarana dan prasarana, serta pengembangan SDM.

“Kami harapkan peremajaan kebun sawit rakyat akan meningkatkan produktivitas,” tuturnya.

Peremajaan sawit rakyat untuk meningkatkan produktivitas perkebunan rakyat dilakukan dengan menggunakan bibit bersertifikat. Pemerintah menyalurkan pendanaan untuk program PSR melalui BPDPKS sampai dengan juni 2024 sebesar Rp9,61 triliun dengan luas lahan 344 ribu Ha dengan pekebun 154 ribu orang. Melalui program ini, lahan dan pekebun yang diremajakan dapat menerapkan GAP.

Para pekebun rakyatlah yang paling harus dibantu, harus difokuskan. Kalau swasta, ISPO-nya sudah 60 persen dari lahan yang ada. Maka, pekebun rakyat inilah yang harus dibantu,” ujar Kabul.

PSR merupakan program untuk membantu pekebun rakyat memperbaharui perkebunan kelapa sawit mereka dengan kelapa sawit yang lebih berkelanjutan dan berkualitas, serta mengurangi risiko pembukaan lahan ilegal.

Sementara itu, soal bantuan sarana dan prasarana diupayakan perbaikan rantai pasok melalui bantuan perbaikan jalan, jembatan, alat transportasi alsintan, dan lain-lain. Hal ini diharapkan bisa mendukung penerapan GAP di perkebunan rakyat.

Dan terkait pengembangan SDM, dilakukan peningkatan kompetensi dan keterampilan SDM melalui pendidikan dan pelatihan. Per Juni 2024, terealisasi pelatihan untuk 17.923 orang/pekebun.

Terkait sawit berkelanjuta ini, Indonesia memiliki sistem sertifikasi kelapa sawit berkelanjutan, yaitu ISPO (Indonesia Sustainable Palm Oil), di samping sertifikasi internasional RSPO (Roundtable Sustainable Palm Oil). Keduanya berjalan dan meningkat setiap tahun, baik secara volume minyaknya maupun luas areal perkebunan.

Luas lahan perkebunan kelapa sawit yang tersertifikasi ISPO mencapai 5,84 juta ha. Angka ini setara dengan implementasi ISPO sebesar 35,67 persen dari total tutupan sawit sebesar 16,38 juta ha. Serta ada sebanyak 1.077 pelaku usaha perkebunan kelapa sawit yang memperoleh sertifikasi ISPO.

Pengusaha Mengeluh Banyak Aturan Hambat Industri Sawit, Ini Sebabnya!

Badan Pusat Statistisk (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Q2-2024 sebesar 5,05% (yoy) ditopang oleh aktivitas ekonomi domestik yang tetap kuat. Salah satu sektor yang berkontribusi terhadap PDB RI yakni pertanian, kehutanan dan perikanan yang tumbuh 23,43% (qtq).

 
 

Presiden Direktur PT Mahkota Group Tbk (MGRO), Usli Sarsi mengatakan sektor sawit sebagai komoditas andalan bagi ekonomi Indonesia namun tidak begitu mendapatkan perhatian dari pemerintah.

Kegiatan sektor sawit disebut Usli mampu melibatkan 16 juta masyarakat lewat penyediaan lapangan kerja dan ekonomi daerah, Oleh karena itu pengusaha mendorong pemerintah untuk meningkatkan kinerja dan value added sawit sehingga dapat berkontribusi lebih luas bagi masyarakat dan ekonomi RI.

Senada dengan MGRO, Ketua Umum DPP Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO), Gulat Manurung juga menyebutkan besarnya peranan sektor sawit bagi ekonomi RI namun terdapat banyak hambatan dalam pengembangannya salah satunya terkait aturan yang tidak konsisten.

APKASINDO berharap pemerintahan Prabowo-Gibran mampu memberi kepastian aturan demi menjaga iklim investasi sektor sawit. Hal ini penting untuk memastikan keberlangsungan industri sawit.

Seperti apa prospek, tantangan serta peran sektor sawit dalam perekonomian RI? Selengkapnya simak dialog Shinta Zahara dengan Presiden Direktur PT Mahkota Group Tbk (MGRO), Usli Sarsi dan Ketua Umum DPP Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO), Gulat Manurung dalam Squawk Box, CNBC Indonesia (Kamis, 08/08/2024)

Makin Anjlok, Harga CPO Terendah dalam 7 Bulan

Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) turun pada perdagangan kemarin. Koreksinya pun cukup dalam.

Pada rabu (7/8/2024), harga CPO di Bursa Malaysia untuk kontrak pengiriman Oktober ditutup di MYR 3.707/ton. Anjlok 2,11% dibandingkan hari sebelumnya dan menjadi yang terendah sejak 8 Januari.

Dalam sepekan terakhir, harga CPO ambruk 4,73% secara point-to-point. Selama sebulan ke belakang, harga terpangkas 7,82%.

Kejatuhan harga minyak nabati pesaing ikut mempengaruhi harga CPO. Kemarin, harga minyak kedelai di bursa Dalian (China) dan Chicago Board of Trade (Amerika Serikat/AS) ambles masing-masing 2,42% dan 2,31%.

Sementara harga minyak biji bunga matahari dan rapeseed turun masing-masing 0,64% dan 0,82%. Saat harga minyak nabati pesaing lebih murah, maka keuntungan menggunakan CPO akan berkurang.

Kemudian, penguatan nilai tukar mata uang ringgit Malaysia juga membebani gerak harga CPO. Kemarin, ringgit menguat 0,03% terhadap dolar AS. 

Dalam seminggu terakhir, mata uang Negeri Harimau Malaya terapresiasi 2,66%. Selama sebulan ke belakang, penguatannya mencapai hampir 5%.

CPO adalah aset yang dibanderol dalam ringgit. Ketika ringgit menguat, maka CPO akan lebih mahal bagi investor yang memegang mata uang lain. Permintaan CPO akan turun sehingga harga mengikuti.

Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), CPO makin terbenam di zona bearish. Terbukti dengan Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 35,39. RSI di bawah 50 menunjukkan suatu aset sedang dalam posisi bearish.

Namun, indikator Stochastic RSI sudah menyentuh angka 0. Paling rendah, sudah sangat jenuh jual (oversold).

Oleh karena itu, harga CPO berpotensi bangkit. Target resisten terdekat ada di MYR 3.743/ton. Jika tertembus, maka MYR 3.785/ton bisa menjadi target berikutnya.

Sedangkan target support terdekat adala MYR 3.688/ton. Penembusan di titik ini bisa membawa harga CPO meluncur turun ke arah MYR 3.513/ton.

 

Ini Strategi Perusahaan Sawit Hadapi La Nina

Setelah menghadapi musim panas berkepanjangan sebagai efek dari El Nino di tahun 2023 lalu, di semester kedua tahun ini perusahaan sawit akan dihadapkan dengan La Nina.

Fenomena La Nina meningkatkan curah hujan di berbagai wilayah, bahkan dalam kadar ekstrem fenomena ini dapat menyebabkan banjir hingga tanah longsor.

Mengantisipasi efek samping La Nina, sejumlah perusahaan di sektor sawit telah mempersiapkan sejumlah strategi. Astra Agro Lestari (AALI) misalnya telah menerapkan Water Management pada saat melakukan desain dalam pembangunan kebun.

"Tergantung pada kondisi topograpi untuk kebun yang memiliki karakteristik rendahan dan secara historis merupakan daerah yang banjir maka sejak dari awal telah dipersiapkan bendungan dan pintu air untuk secara operasional bisa dilakukan pengendalian ketinggian air di dalam kebun. Termasuk penyediaan pompa-pompa air sebagai antisipasi apabila ketinggian air melampaui ketinggian yang telah dirancang sebelumnya, semisal terjadinya La Nina seperti yang dialami tahun ini," jelas Direktur Utama AALI

Kemudian, terkait dampak La Nina kepada produksi Tandan Buah Segar (TBS) atau Crude Palm Oil (CPO) di semester 2 tahun ini, Santosa mengatakan dampaknya belum akan terlihat dalam waktu 6 bulan ke depan.

"Namun secara operasional sudah dirasakan dalam hal evakuasi buah dari kebun menuju ke Pabrik Kelapa Sawit (PKS) karena dengan curah hujan yang terjadi di musim kemarau menyebabkan kesulitan dalam hal pemeliharaan infrastruktur jalan di kebun. Justru dampak El Nino di tahun lalu yang secara agronomi saat ini kami rasakan sebagi penyebab turunnya produksi TBS di semester 1 tahun ini," tambahnya.

Adapun, PT Cisadane Sawit Raya Tbk (CSRA) untuk mengantisipasi La Nina, pihaknya telah melakukan sejumlah langkah seperti perbaukan saluran irigasi hingga penghijauan.

"Mulai dari perbaikan saluran irigasi yang sudah ada, penguatan tanggul, dan penghijauan disekitar Daerah Aliran Sungai (DAS)," ungkap Sekretaris Perusahaan CSRA, Iqbal Prastowo.

Iqbal juga menambahkan di kuartal ke 3 tahun ini pihaknya optimis terhadap peningkatan produksi CPO karena  peningkatan produksi TBS.

"Produksi (TBS) diperkirakan mencapai puncaknya pada kwartal 3 ini yang merupakan puncak tahun panen, diperkirakan dapat menutup rendahnya produksi pada kuartal 1 dan 2 yang lalu," tambahnya.

Antisipasi juga telah dilakukan oleh PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG), menurut Sekretaris Perusahaan TAPG Joni Tjeng Perseroan saat ini sudah menyiapkan segala infrastruktur untuk menghadapi iklim yang lebih basah efek La Nina.

"Pada jalur pengiriman barang, perseroan sudah melakukan maintenance agar seluruh jalanan siap untuk menghadapi semua kondisi. Terkait water management, perseroan juga telah menyiapkan infrastruktur yang memadai agar Perkebunan tidak mengalami genangan akibat curah hujan yang meningkat," ungkap Joni kepada Kontan.

Joni menambahkan, kondisi yang lebih basah akibat La Nina diperkirakan justru akan meningkatkan produksi TBS di masa yang akan datang.

"Meskipun sedikit menekan Oil Exstraction Rate (OER) akibat proses pollination yang terganggu. Berdasarkan kondisi saat ini perseroan memperkirakan produksi TBS dan CPO masih akan mengalami peningkatan sebesar single digit dibandingkan tahun sebelumya," jelasnya. 

Halaman 1 dari 53

Menus Offcanvas