InfoSAWIT, GLASGGOW - Dalam gelaran UN Climate Change Conference of the Parties (COP26) yang berlangsung di Glasgow Scotlandia, Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) hadir dalam acara isu iklim tersebut.
Untuk dapat memberikan informasi mengenai kelapa sawit yang baik BPDPKS membuat Paviliun seluas 100 meter persegi berlantai dua, paviliun ini berdekatan dengan United Kingdom (UK) Paviliun dan United Nations Framework Convention on Climate (UNFCCC) Paviliun.
Dengan posisi yang strategis tersebut Kepala Divisi Perusahaan BPDPKS, Achmad Maulizal Sutawijaya berharap akan bisa memberikan informasi tentang kelapa sawit sesuai dengan fakta dan segala manfaat yang telah teruji sesuai bukti ilmiah.
Dalam gelaran ini BPDPKS juga hendak menginformasikan secara gamblang mengenai program biodiesel sawit yang telah berjalan selama ini. Apalagi program ini telah menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara yang telah menerapkan bauran energi baru terbarukan dengan komposisi yang cukup tinggi mencapai 30%.
Kata Achmad Maulizal Sutawijaya yang akrab dipanggil Mauli, dengan tingginya bauran energy yang dilakukan menjadi bukti komitmen Indonesia dalam upaya menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK).
Lantas, juga untuk membuktikan bahwa biodiesel sebagai salah satu produk hilir kelapa sawit bisa menjadi alat yang ampuh dalam menjaga kestabilan harga minyak sawit mentah (CPO). “Hilirisasi ini juga membuat kita tidak lagi sepenuhnya bergantung pada permintaan pasar ekspor," katanya.
Keuntungan berikutnya, biodiesel telah pula menghemat devisa negara lantaran tak lagi jor-joran mengimpor solar. "Ini nih yang paling penting lagi. Produk biodiesel dalam negeri yang mencapai 8,4 juta kiloliter pada tahun 2020 telah mampu mengurangi emisi sekitar 15% atau setara dengan 22,48 juta ton CO2," ungkap Mauli.
Lebih lanjut kata dia, belum lagi menghitung capaian serapan karbondioksida dan oksigen yang dihasilkan oleh kebun kelapa sawit. Sebab penelitian nyata-nyata mencatat bahwa sawit mampu menyerap karbon 65,4 ton pertahun dan menghasilkan oksigen 18,7 ton per tahun.
Mauli kemudian mengurai bahwa di dalam negeri, sektor industri kelapa sawit telah memberikan kontribusi besar bagi perekonomian Indonesia. Melalui ekspor CPO dan turunanannya, kinerja ekspor tahun lalu mencapai USD 24,2 miliar atau rata-rata 14,19% per tahun dari total nonmigas dan ekspor gas.
Industri kelapa sawit ini juga telah menyumbang penerimaan negara berupa pajak dengan perkiraan antara Rp14 triliun hingga Rp20 triliun per tahun. "Kinerja ini menunjukkan betapa pentingnya industri kelapa sawit bagi perekonomian Indonesia," ujarnya seperti dikutip InfoSAWIT dari Gatra.
Mauli sadar, sebagai produsen minyak sawit terbesar dunia, dirinya percaya, Indonesia tidak hanya akan menjadi penyedia minyak nabati mentah dunia, tapi pemerintah telah menerbitkan berbagai kebijakan untuk mendorong industri hilir agar memiliki nilai tambah. Dengan kebijakan ini, komposisi ekspor minyak sawit Indonesia sudah didominasi oleh produk hilir sebesar 64% dan ekspor CPO tinggal 26%.
"Beginilah capaian yang ingin kita sampaikan kepada dunia. Bahwa Indonesia telah mampu meningkatkan kualitas lingkungan dan telah pula mampu mencapai target Sustainable Development Goals (SDGs)," tandas dia.