Kemarin Cetak Sejarah, Hari Ini Harga CPO Anjlok Lagi!

CNBC IndonesiaHarga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) anjlok cukup tajam pada perdagangan pagi hari ini (4/3/2022). Padahal, kemarin harga CPO berada di level tertinggi sepanjang masa pada penutupan perdagangan. 
 
Pada Jumat (4/3/2022) pukul 08:30 WIB, harga CPO di Bursa Malaysia tercatat MYR 6.649/ton. Turun 2,34% dari hari sebelumnya. Kemarin, harga CPO ditutup di MYR 6.808/ton, yang menjadi level penutupan tertinggi sejak 1980.
 
 

Perkembangan ini membuat harga CPO membukukan kenaikan 11,45% secara mingguan dan naik 20,10% secara bulanan.

 
 

Melansir Reuters, harga minyak sawit mencapai rekor baru kemarin karena pembeli bergegas untuk mengamankan pengganti pengiriman minyak bunga matahari, minyak kedelai, dan minyak lobak yang telah terganggu oleh perang Rusia-Ukraina. Tingginya harga CPO merupakan harga tertinggi di antara empat minyak nabati utama dan akan berdampak pada konsumen, mengingat minyak sawit digunakan dalam banyak produk kemasan. Mulai dari margarin, cokelat, hingga sampo dan lipstick.

Anggota Parlemen GRC dan Kepala Eksekuif FairPrice Marine Parade Seaf Kiang Peng mengatakan bahwa beberapa bisnis akan menghadapi tekanan biaya lebih karena pasokan minyak biki bunga matahari dan komoditas pangan utama lainnya telah melonjak terkena dampak konflik. Ukraina merupakan pengekspor minyak bunga matahari terbesar di dunia dengan pangsa pasar global sebesar 47%, jika mengacu data dari CGS-CIMB Research di Kuala Lumpur. Minyak bunga matahari adalah minyak nabati ketiga yang paling banyak diperdagangkan di dunia setelah minyak CPO dan minyak kedelai.

Menurut CME Group, harga CPO berjangka bulan Maret di Malaysia mencapai rekor tertinggi pada Selasa (1/3) di US$1.900/ton. Kontrak berjangka digunakan oleh pedagang untuk mengunci harga komoditas berdasarkan seberapa banyak mereka memprediksikan harga.

Faktanya, minyak sawit berjangka telah melonjak sejak pandemic dimulai pada 2020. Kontrak April di atas US$1.400/ton sekitar tiga kali lipat dari level awal di 2020 atau 40% lebih tinggi dari 2021.

Hal tersebut disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk cuaca buruk, berkurangnya panen di Amerika Selatan untuk minyak kedelai dan kebijakan dari produsen utama CPO yaitu Indonesia yang turut mengurangi pasokan global. Terlihat pada grafik, penurunan ekspor dari Indonesia pada bulan Februari.

Indonesias Ekspor

Namun, data CME memprediksikan bahwa harga minyak sawit akan turun hingga 18 bulan ke depan, di mana kontrak berjangka Desember 2023 hanya berada di atas US$ 1.000/ton, walaupun masih lebih tinggi dari harga di tahun 2020.

Sementara itu, penurunan yang terjadi hari ini dapat disebabkan oleh menurunnya permintaan CPO dari India dan China karena harga CPO menyentuh level tertinggi sepanjang masa kemarin.

Presiden Asosiasi Produsen Minyak Nabati India (IVPA) Sudhakar Desai mengatakan India mengimpor CPO periode 2021/2022 sebanyak 7,63 juta ton yang lebih rendah dari periode sebelumnya di 8,89 juta ton.

Tidak hanya itu, Ketua Malaysian Palm Oil Council di China Daesmond Ng mengatakan China diproyeksikan akan mengimpor CPO tahun ini di 6,7 juta ton yang hampir sama dengan tahun lalu di 6,63 juta ton.