InfoSAWIT, KUALA LUMPUR - Thomas Mielke dari Oil Word memperkirakan bahwa produksi dari empat minyak nabati utama di dunia bakal tumbuh 7 juta ton pada 2021/2022,

ini merupakan tingkat pertumbuhan tertinggi dalam empat tahun terakhir, kondisi demikian diperkirakan akan mendorong harga minyak nabati lebih rendah. 

Mielke memperkirakan, produksi minyak sawit global akan meningkat hingga empat juta ton pada 2021/22 didorong dari Indonesia 1,7 - 2 juta ton, Malaysia 1 -2 juta ton, dan dari negara lainnya sekitar 800.000 ton. 

 

Dia menambahkan bahwa kurangnya penanaman baru akan memperlambat pertumbuhan area menghasilkan menjadi hanya 400.000 ha hingga 500.000 ha di tahun 2022, dibandingkan pertumbuhan tahunan 0,9 ha hingga satu juta ha hingga di 2018. 

Dia memperkirakan Malaysia pada tahun 2021 hanya mampu memproduksi 18,2 juta ton minyak sawit dan mengharapkan penggunaan minyak nabati untuk tujuan energi meningkat menjadi 48 juta ton dari 1,5 juta ton pada 2021, yang merupakan 18% dari konsumsi 17 minyak dan lemak dunia. 

“Secara keseluruhan, harga minyak nabati yang tinggi saat ini tidak berkelanjutan dan harga akan turun pada Januari atau Juni tahun depan, dipicu oleh peningkatan produksi dan melonjaknya stok,” kata Mielke dikutip InfoSAWIT dari themalaysianreserve

Sementara, VP Asosiasi Produsen Minyak Nabati India Vipin Gupta mengungkapkan bahwa impor olein sawit berdampak negatif terhadap pemanfaatan kapasitas dan  margin pemurnian kilang India.

"India kemungkinan akan mengurangi  impor minyak sawit olein setelah Desember 2021 karena penghapusan sementara pembatasan impor minyak sawit olahan akan berakhir pada akhir tahun ini," katanya.