InfoSAWIT, JAKARTA – Melangitnya harga minyak sawit mentah (CPO) di dunia,

berimbas pada meonjaknya harga minyak goreng sawit di pasar domestik. Diungkapkan Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI), Sahat Sinaga, lantaran saat ini harga CPO global yang menjadi acuan yaitu CIF Rotterdam sedang tinggi sehingga menyebabkan harga CPO lokal ikut melonjak dan berpengaruh pada biaya produksi industri minyak goreng kelapa sawit.

Meningkatnya harga CPO tersebut dipicu karena kondisi pasar minyak nabati dan lemak (oils & fats) global mengalami kekurangan pasokan akibat pandemi dan cuaca buruk. Seperti dikutip Antara, Sahat mengungkapkan, produksi minyak kanola di Kanada dan produksi minyak kedelai di Argentina mengalami penurunan sehingga menyebabkan melonjaknya harga komoditas minyak nabati.

“Produksi CPO di Malaysia juga menurun akibat kekurangan tenaga kerja untuk memanen buah sawit,” katanya belum lama ini.

Lebih lanjut tutur dia, hukum ekonomi supply vs demand berlangsung terjadi. Pasokan oils & fats dunia sangat berkurang. Inilah faktor utama terjadi short supply, maka harga minyak sawit di pasar global meningkat pesat sejak Januari 2021 lalu.

Sahat memprediksi kenaikan harga sawit masih akan terjadi, setidaknya hingga kuartal I 2022 mengingat kedua faktor penghambat produksi minyak nabati yaitu pandemi COVID-19 dan cuaca buruk.

Berdasarkan data panel harga Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, harga rata-rata minyak goreng secara nasional per 27 Oktober mencapai Rp16.230 per liter, meningkat Rp150 atau 0,93 persen dibandingkan hari sebelumnya. Harga minyak goreng paling tinggi di Provinsi Aceh Rp17.380 per liter dan paling rendah di Bengkulu Rp14.890 per liter.