Pasca Anjlok 2%, Harga CPO Mulai Naik Tapi Tipis

Pekerja mengangkut kelapa sawit kedalam jip di Perkebunan sawit di kawasan Candali Bogor, Jawa Barat, Senin (13/9/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Harga minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) di Bursa Malaysia Exchange terpantau menguat tipis di sesi awal perdagangan jelang akhir pekan Jumat (17/3/2023) setelah terseret oleh melemahnya minyak nabati saingannya dan kekhawatiran atas krisis perbankan di Amerika Serikat (AS).

 
 

Melansir Refinitiv, harga CPO pada sesi awal perdagangan menguat 0,08% ke MYR 3.936 per ton pada pukul 09:05 WIB. Meskipun menguat, namun harga CPO masih jatuh ke level MYR 3.900-an.

Pada perdagangan Kamis (16/3/2023) harga CPO ditutup ambrol 2,09% ke posisi MYR 3.933 per ton. Dengan ini, dalam sepekan harga CPO masih melemah 3,91% secara point-to-point/ptp. Sementara, dalam

sebulan turun 5,05% dan turun 5,77% secara tahunan.

 

Jika dibandingkan pekan-pekan sebelumnya harga CPO akhir-akhir ini memang tertekan. Untuk diketahui bahwa harganya sempat melesat di posisi MYR 4.325 per ton pada 3 Maret 2023 lalu. Namun sayangnya harganya terpangkas jauh hingga hari ini dipengaruhi oleh berbagai faktor.

Ternyata krisis bank di AS turut menyeret harga CPO. Harga CPO ini jatuh untuk keempat kalinya dalam lima sesi untuk mencapai penutupan terendah sejak 15 Februari.

"Harga CPO terseret dari dampak krisis sektor perbankan yang mengguncang pasar keuangan yang lebih luas," kata Sathia Varqa, salah satu pendiri Palm Oil Analytics yang berbasis di Singapura dikutip Reuters.

Saham Asia merosot dan investor beralih ke emas, obligasi, dan dolar yang aman karena Credit Suisse menjadi titik fokus terbaru karena kekhawatiran krisis perbankan, membuat pasar gelisah. Meskipun mengalami penguatan, namun patut diketahui harganya masih dibayangi oleh sentimen negatif.

Kendati demikian, berdasarkan data surveyor kargo Intertek Testing Services pada Rabu (15/3/2023), ekspor produk minyak sawit Malaysia untuk 1-15 Maret naik 55,03% menjadi 751.814 ton dari 484.950 ton yang dikirim selama bulan sebelumnya.

Terlepas dari fundamental yang kuat, prospek makro telah berubah tajam menjadi negatif dan ketidakpastian atas kondisi cuaca El Nino juga akan terjadi, kata Varqa.

Tanaman sereal dan biji minyak di seluruh Asia diperkirakan akan menghadapi cuaca panas dan kering, dengan ahli meteorologi memperkirakan pola cuaca El Nino akan berkembang pada paruh kedua tahun ini, mengancam pasokan dan meningkatkan kekhawatiran atas inflasi pangan.

Kontrak soyoil teraktif Dalian DBYcv1 turun 2,8%, sedangkan kontrak minyak sawitnya DCPcv1 turun 1,1%. Harga Soyoil di Chicago Board of Trade BOcv1 turun 0,4%.

Dari Indonesia, Menteri Perdagangan mengungkapkan bahwa produsen minyak sawit di Indonesia menjual 360.150 ton minyak goreng murah ke pasar domestik pada bulan Februari, di bawah target pemerintah yang dirancang untuk memastikan pasokan ke konsumen lokal.

Indonesia, produsen minyak sawit utama dunia, mengejutkan pasar tahun lalu ketika melarang ekspor minyak goreng selama beberapa minggu, untuk mengatasi masalah pasokan minyak goreng lokal selama berbulan-bulan dan harga yang sangat tinggi.

Eksportir sekarang harus menjual sebagian dari produk minyak sawit mereka di dalam negeri dengan harga yang dibatasi di bawah skema kewajiban pasar domestik (DMO). Indonesia menaikkan volume DMO sebesar 50% menjadi 450.000 ton per bulan untuk Februari-April, mengantisipasi lonjakan permintaan minyak goreng menjelang hari raya.

"Maret ini kami akan memberlakukan (kebijakan) untuk mencapai 450.000 ton," kata Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan dalam sidang parlemen.

Kenaikan volume dilakukan karena harga minyak goreng kemasan sederhana melampaui batas harga Rp 14.000 (US$ 0,9115) per liter.