Sabar Ya Bos Sawit, Harga CPO Nyungsep 2 Hari Beruntun!

sawit

 Harga komoditas minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) terkoreksi di sesi awal perdagangan Jumat (23/9/2022), melanjutkan pelemahannya sejak kemarin. Apa pemicunya?

 
 

Mengacu pada Refinitiv, harga CPO pada sesi awal perdagangan turun cukup dalam 0,91% ke MYR 3.791/ton pada pukul 08:26 WIB.

Namun, harga CPO masih melesat 2,46% secara mingguan. Meskipun telah terkoreksi 12% secara bulanan dan drop 14,64% secara tahunan.

Pada Kamis (22/9), minyak sawit berjangka ditutup anjlok 1,49% menjadi MYR 3.826/ton atau US$ 838,77/ton karena investor khawatir bahwa pengetatan kebijakan moneter yang agresif oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) (Federal Reserve/The Fed) akan memperlambat pertumbuhan ekonomi global dan permintaan komoditas.

Diketahui, pada 21 September 2022, The Fed menaikkan suku bunga acuannya sebesar 75 basis poin (bps) dan mengirim tingkat suku bunga menjadi 3-3,25% dan menjadi posisi tertinggi sejak awal 2008.

Bahkan, pejabat The Fed kembali mengisyaratkan kenaikan suku bunga hingga tingkat dana mencapai 'tingkat terminal' atau titik akhir sebesar 4,6% pada 2023. Ini menyiratkan kenaikan suku bunga seperempat poin tahun depan tetapi tidak ada penurunan.

Keagresifan The Fed meningkatkan potensi perlambatan ekonomi, sehingga menekan pasar komoditas.

Pada Kamis (22/9), Kepala Divisi Perdagangan dan Promosi dari Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Fadhil Hasan menyatakan bahwa ekspor CPO Indonesia pada paruh kedua tahun ini diprediksi akan melesat seiring penghapusan pungutan ekspor, tapi total ekspor CPO tahun ini masih akan lebih rendah dari tahun lalu.

"Ekspor akan lebih tinggi di semester kedua, tetapi itu tidak bisa mengimbangi penurunan ekspor semester pertama," kata Hasan di sela-sela konferensi Globoil di Agra, India dikutip Reuters.

"Pemerintah harus membebaskan pungutan ekspor minyak sawit hingga Desember 2022 untuk menurunkan stok lebih lanjut," tambahnya.

Dia juga memprediksikan bahwa produksi CPO Indonesia pada tahun ini akan turun dari 46,9 juta ton tahun 2021 menjadi 45 juta ton.